love it

love it

Senin, 25 April 2011

Apa itu psikologi pendidikan?
Menurut para ahli:

Arthur S. Reber (Syah, 1997 / hal. 12)
Psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut :
a. Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas
b. Pengembangan dan pembaharuan kurikulum
c. Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan
d. Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif
e. Penyenggaraan pendidikan keguruan

Barlow (Syah, 1997 / hal. 12)
Psikologi pendidikan adalah ...... a body of knowledge grounded in psychological research which provides a repertoire of resource to aid you in functioning more effectively in teaching learning process.
Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas-tugas seorang guru dalam proses belajar mengajar secara efektif.

Tardif (Syah, 1997 / hal. 13)
Psikologi pendidikan adalah sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan.

Witherington (Buchori dalam Syah, 1997 / hal. 13)
Psikologi pendidikan sebagai “ A systematic study of process and factors involved in the education of human being.
Psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
sumber:
http://ilmu-psikologi.blogspot.com/2009/05/pengertian-psikologi-pendidikan.html
Psikologi Pendidikan merupakan cabang ilmu psikologi yang mempelajari tentang tingkah laku dan psoses mental dalam ruang lingkup pendidikan.

Apa itu psikologi sekolah?

Psikologi sekolah adalah cabang psikologi pendidikan yang berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik disekolah dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi. 

 Perbedaan psikologi pendidikan dengan psikologi sekolah yakni,psikologi pendidikan merupakan cabang dari ilmu psikologi sedangkan psikologi sekolah merupakan terapan dari psikologi pendidikan.

Peranan Psikolog pendidikan: 
  • Mengembangkan dan mendukung program manajemen terapi dan perilaku; 
  • Merancang dan mengembangkan kursus untuk orang tua, guru dan lain-lain yang terlibat dalam pendidikan anak-anak dan remaja pada topik seperti intimidasi,maupun proyek bagi kaum muda.
  • Membuat rekomendasi formal tentang tindakan yang akan diambil, termasuk pernyataan formal; 
  • Menasihati, negosiasi, membujuk dan mendukung guru, orang tua dan profesional pendidikan lainnya 
  • Menghadiri pertemuan kasus yang melibatkan tim multi disiplin tentang cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan sosial, emosional, perilaku dan pembelajaran anak-anak dan kaum muda dalam perawatan mereka;
  • Penghubung dengan profesional lain dan memfasilitasi pertemuan, diskusi dan kursus;
  • Mengembangkan dan mengkaji kebijakan;
  • Melakukan penelitian aktif;
  • Merumuskan intervensi yang berfokus pada penerapan pengetahuan, keterampilan dan keahlian untuk mendukung inisiatif daerah dan nasional;
  • Mengembangkan dan menerapkan intervensi yang efektif untuk mempromosikan kesejahteraan psikologis, sosial, perkembangan emosi dan perilaku dan untuk meningkatkan standar pendidikan
 Peranan Psikolog Sekolah 

Melakukan tes,melakukan wawancara dengan siswa, guru, orangtua, serta orang-orang yang terlibat dalam pendidikan siswa. Memberikan observasi siswa di kelas, tempat bermain, serta dalam kegiatan sekolah lainnya  serta mempelajari data kumulatif prestasi belajar siswa.

Rabu, 13 April 2011



10 Model Terapi Anak Autis

Akhir2 ini bermunculan berbagai cara / obat/ suplemen yang ditawarkan dengan iming2 bisa menyembuhkan autisme. Kadang2 secara gencar dipromosikan oleh si penjual, ada pula cara2 mengiklankan diri di televisi/radio/tulisan2.
Para orang tua harus hati-hati dan jangan sembarangan membiarkan anaknya sebagai kelinci percobaan. Sayangnya masih banyak yang terkecoh , dan setelah mengeluarkan banyak uang menjadi kecewa oleh karena hasil yang diharapkan tidak tercapai.
Dibawah ini ada 10 jenis terapi yang benar2 diakui oleh para professional dan memang bagus untuk autisme. Namun, jangan lupa bahwa Gangguan Spectrum Autisme adalah suatu gangguan proses perkembangan, sehingga terapi jenis apapun yang dilakukan akan memerlukan waktu yang lama. Kecuali itu, terapi harus dilakukan secara terpadu dan setiap anak membutuhkan jenis terapi yang berbeda.
1) Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya . Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.
2) Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang.
Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang , namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.
3) Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot2 halusnya dengan benar.
4) Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadang2 tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot2nya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5) Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi .
Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara2nya.
6) Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.
7) Terapi Perilaku.
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya,
8) Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.
9) Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode …………. Dan PECS ( Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.
10) Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).
Sumber : http://www.prsekolah.co.cc/2009/02/10-model-terapi-anak-autis.html

Selasa, 05 April 2011

Tugas Kelompok 2 (Fenomena Pendidikan dan Pembahasan dengan Teori Psi. Pendidikan, Pendidikan Keluarga, dan Bimbingan Sekolah)

martina lydia (10-023)
artha w rumahorbo (10-047)
mona sriukur s (10-047)

Fenomena 1: Sekolah Gagal Didik Pelajar


Yaitu mengenai banyaknya masalah tawuran dan pergaulan bebas di kalangan pelajar. Sementara guru BP tidak berfungsi. 


Pembahasan:

Hampir di setiap sekolah terutama di tingkat SLTP maupun SMU/SMK terdapat guru BP, apakah memang guru yang ditunjuk sebagai guru bimbingan dan penyuluhan lulusan program studi Bimbingan dan Penyuluhan atau guru bidang ilmu lainnya yang ditunjuk oleh kepala sekolah untuk menjadi guru bimbingan dan penyuluhan. Terlepas dari itu, yang jelas guru Bimbingan dan Penyuluhan adalah guru yang memiliki tugas yang sama dengan guru bidang studi lainnya, yakni bagaimana upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. 

Ada 5 fungsi dari bimbingan sekolah:
  1. Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan lingkungannya.
  2. Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambatperkembangan dirinya.
  3.  Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memelihara dan menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya.
  4. Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.

Jika 5 fungsi ini dapat dijalankan dengan baik tentu tidak akan ada masalah seperti dalam kasus di atas (tawuran, pergaulan bebas). Namun yang menjadi masalah adalah apakah guru BP di sekolah itu dapat berfungsi dengan baik atau tidak. Apakah guru BP dapat menjalankan fungsinya sesuai dengan namanya, bimbingan dan penuluhan, atau hanya sekedar sebagai algojo sekolah.

Menurut kami, harusnya disini peran guru BP dapat membuat siswa menjadi lebih terbuka dengan guru-guru. Sehingga ketika siswa memiliki masalah, entah itu pribadi terhadap teman-teman ataupun masalah dengan pelajaran di sekolah mereka bisa mensharingkan dengan guru BP dan guru BP bisa memotivasi si anak untuk menyelesaikan masalahnya. Dengan demikian emosi yang berlebihan dari siswa dapat dinetralisir sehingga mengurangi tawuran antar siswa dan mencegah adanya tindakan-tindakan yang salah, seperti pergaulan bebas. Di tambah lagi peran guru BP juga bisa memberi penyuluhan tak hanya terhadap anak tapi juga bisa terhadap orang tua dan guru-guru yang lain. Sehingga ketika si anak memiliki masalah orang tua juga bisa menindaklanjuti sebab adanya penyuluhan dan keterbukaan antar guru dan orang tua.

Sumber Pembahasan dan Teori:

Fenomena 2: Lagi, Potret Buram Pendidikan Indonesia

Mengenai pendidikan di Indonesia, yang terkadang hanya berpihak pada orang-orang yang mampu. 

Sumber: 

Pembahasan:

Menurut kami, dalam hal ini orang tua tidak bisa disalahkan. Orang tua tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak seorang pun menginginkan ketidakmampuan. Sebenarnya, pendidikan mahal itu hal yang wajar asal pelayanan dan fasilitas sekolah sesuai dengan sejauh mana kata ‘mahal’ itu. Karena tidak selamanya orang pintar berasal dari kalangan mampu. Jadi yang perlu membuka mata itu adalah pemerintah. Sebaiknya pemerintah memperbaiki kebijakan yang ada. Memang ada sekolah gratis pemerintah, namun kualitasnya masih kurang sehingga orang tua yang kurang mampu pun merasa kurang percaya dengan kualitas pendidikannya. Selain itu terkadang sekolah gratis itu tidak benar-benar gratis, masih ada pembayaran ini itu. Pemerintah sudah membuat kebijakan APBN sebesar 20% untuk pendidikan, oleh karena itu dana yang ada hendaknya betul-betul disalurkan untuk kepentingan pendidikan.

Selain itu, orang tua dan anak-anak yang kurang mampu harusnya juga jangan langsung putus asa kalau putus sekolah, anak masih bisa mencari kegiatan lain yang juga mengembangkan kemampuan belajarnya yang pernah ia dapat di SLTP, dalam lingkungan sehari-hari. Karena tiap orang dapat menjadi guru, tiap tempat dapat menjadi sekolah, dan tiap waktu dapat dipakai belajar. Intinya, kita dapat belajar dari siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Tidak hanya sebatas pertemuan belajar-mengajar murid-guru di kelas.

Fenomena 3: Pendidikan dalam Keluarga
 
Mengenai pendidikan dalam keluarga, terutama peran ayah dan ibu. 


Pembahasan:

Pendidikan di keluarga sangat penting. Keluargalah yang pertama kali mengajarkan kita berbagai hal. Keluarga banyak memberi asupan pengajaran yang benar sebagai bekal kita untuk hidup di dunia luar lungkungan keluarga kita. Di keluarga kita dididik bagaimana sopan terhadap orang lain, hormat, bagaimana beretika. Keluarga mampu memotivasi kita dalam belajar, keluarga tempat pengaduan kita. Bagaimana kita mampu bertahan di dunia luar itu disebabkan karena adanya keluarga yang selalu memotivasi kita, mendidik kita untuk bisa mandiri.

Memang tidak semua keluarga mengajarkan bagaimana kita bisa bertahan hidup di dunia luar, kadang ada kelurga yang membirakan anaknya belajar dari lingkungan di luar kelurga. Namun, bagaimanapun pendidikan yang didapat si anak nantinya di luar lingkungan keluarga, entahkah di sekolah, rumah ibadah, teman-teman, pendidikan yang pertama kali kita dapat itu berasal dari keluarga, lebih spesifiknya orang tua.

Peran orang tua dalam mendidik anak di keluarga itu sangat penting. Seperti yang kita ketahui, ada 2 hal yang mempengaruhi kepribadian seorang anak, yaitu faktor nature dan nurture. Faktor nature dalam hal ini tak lain dan tak bukan adalah genetik yang diwariskan oleh ayah dan ibu. Jadi orang tua harusnya lebih tahu bagaimana seharusnya seorang anak yang darah daging nya sendiri, yang mewariskan sebagian sifat nya. Kemudian faktor nurture, dalam hal ini faktor nurture adalah lingkungan si anak dibesarkan. Salah satunya pastinya adalah lingkungan keluarga dan sekitar. Orang tua harusnya sudah tahu bagaimana kondisi rumah mereka dan bagaimana si anak menanggapi situasinya itu. Jadi orangtua juga harus mendidik anak dengan kemampuan mereka.

Di lingkungan keluarga juga komunikasi antara anak dan orangtua itu sangat penting. Selain itu, antar anggota keluarga harus saling melengkapi. Contohnya, peran ibu yang baik bisa mengatasi kekurangan ayah yang jarang di rumah. Bukan berarti peran ayah bisa berkurang, namun ayah harus tetap berperan dalam mendidik anak.