love it

love it

Sabtu, 21 Desember 2013

PERSPEKTIF KOGNITIF: I. PEMROSESAN INFORMASI




PEMROSESAN INFORMASI

Prinsip Belajar

Teori pemrosesan informasi membahas langkah-langkah dasar yang diambil individu untuk memperoleh, menyandikan, dan mengingat informasi. Teori ini berbeda dengan teori lain (seperti pengkondisian berpenguat Skinner, kondisi belajar Gagné) dalam dua hal. Pertama, pemrosesan informasi bukan konseptualisasi dari seorang teorisi saja.karenanya ada banyak macam deskripsi tentang cara memori jangka panjang menyimpan informasi. Kedua, karena dasar dari teori ini adalah pemrosesan informasi dan bukan belajar, teori ini tidak dapat memsfesifikasi hasil belajar. studi kognisi dasar yang berbeda menilai aktivitas yang berbeda, dari mempelajari kosakata baru sampai belajar cara meringkas informasi. Meskipun demikian, periset yang mengadopsi perspektif kognitif sama-sama berasumsi bahwa individu banyak mengubah informasi yang diterima indera mereka dari lingkungan menjadi sandi memori yang disimpan untuk penggunaan di waktu yang akan datang. Komponen esensial dari belajar adalah pengorganisasian informasi yang akan dipelajari, pengetahuan sebelumnya yang sudah dikuasai pemelajar, dan proses yang melibatkan pemahaman, pengertian, serta menyimpan dan mengambil kembali informasi.
            Asumsi dasar dari pemrosesan informasi adalah: (a) memori manusia aktif terlibat dalam konstruksi pengetahuan, dan (b) pengetahuan sebelumnya yang dimiliki pemelajar berperan penting dalam belajar. Memori manusia adalah sistem kompleks yang mencari data inderawi, mengubah data menjadi informasi bermakna, dan menyimpan informasi itu dalam memori jangka panjang. Tiga konseptualisasi hakekat meori adalah konsep keadaan (informasi bersifat aktif atau tidak aktif), konsep sistem memori (memori episodik, semantik, dan sistem prosuderal), dan tingkat pemrosesan (analisi sensoris, pengenalan pola, dan asosiasi semantik).
            Perspektif yang membahas oprasi sistem ini adalah konsep jaringan koneksionis, model multitahap, dan konsep ruang kerja global. Jaringan koneksionis mendekati jaringan neural di otak. Memori terdiri dari jaringan koneksi yang berinteraksi, yang terdiri dari elemen-elemen atau unit-unit dan kaitan yang disebut beban koneksi. Belajar melibatkan pemodifikasian beban koneksi diantara unit tertentu untuk menghasilkan pola keluaran. Model multitahap, sebaliknya, mengidentifikasi struktur yang mencerminkan tahapan yang ada di dalam pemrosesan informasi dan proses yang terkait. Strukturnya terdiri atas pencatat sensori, penyimpanan jangka pendek, memori kerja, dan memori jangka panjang. Riset tentang otak mengidikasikan bahwa sistem memori tidak terbagi dalam “kotak” yang terpisah. Meski demikian, tahapan dan proses yang terkait berguna untuk pembelajaran. 

Komponen Belajar

            Komponen esensial pemrosesan informasi yang dapat diaplikasikan untuk belajar adalah belajar komponen dan proses persepsi, pengkodean, pengambilan informasi dari memori jangka panjang ketika diperlukan. Kerangka belajar terdiri dari: (a) pengetahuan sebelumnya yang dimiliki pemelajar, baik itu tersembunyi ataupun konseptual (isi pengetahuan dan diskursus), dan (b) sifat dan penataan dari informasi yang akan dipelajari. Pengetahuan pemelajar berfungsi sebagai kerangka untuk mengidentifikasi informasi yang datang dan memengaruhi inferensi pemelajar tentang informasi baru itu. Pengetahuan ekstensif juga dapat (a) memperkuat kapasistas memori kerja untuk mengodekan informasi dalam kelompok belajar, dan (b) menaikkan kecepatan pemrosesan.
Dua pengorganisasian materi yang akan dipelajari secara formal adalah presentasi guru dan pemberian teks. Tetapi banyak buku ajar (textbook) sulit dibaca dan sering memuat informasi yang tidak relevan. Beberapa teks menggunakan perincian yang tidak relevan yang dapat mengalihkan perhatian siswa dari informasi yang penting.
Persepsi sebagai langkah pertama memahami informasi, memilih dan mengenali informasi yang datang. Aspek esensial dalam proses ini adalah pengetahuan dan perhatian pemelajar. Perhatian berfungsi sebagai manajer garda depan, dengan memilih informasi yang akan diproses lebih lanjut, dan pengetahuan sebelumnya membantu mengindentifikasi informasi yang datang. Pengkodean, yang mempersiapkan informasi terpilih untuk disimpan di memori jangka panjang dan pengingatan kembali, terdiri dari dua tipe strategi. Latihan untuk pemeliharaan, pembacaan informasi berulang-ulang, hanya efektif untuk mengingat dalam jangka pendek. Latihan elaboratif, yang mengubah informasi dan menciptakan hubungan dengan pengetahuan sebelumnya, adalah strategi pengkodean yang efektif. Contohnya adalah alat mnemonic untuk fakta dan mengkonstruksi hubungan yang bermakna antar konsep atau gagasan baru dan antara konsep baru dengan pengetahuan sebelumnya dari pemelajar.

Prinsip Pembelajaran

            Pemrosesan informasi merupakan perpektif khusus dalam meraih ranah psikologi kognitif yang lebih luas. Pembelajaran dapat dirancang untuk memfasilitasi  setiap proses yang diidentifikasi oleh teori pemrosesan informasi.
            Asumsi dasar dari pemrosesan informasi mendeskripsikan sifat dari sistem memori manusia dan representasi pengetahuan dalam memori. Aplikasinya dikelas didasarkan pada asumsi bahwa memori manusia adalah sistem aktif yang memilih, mengorganisasikan dan mengodekan untuk penyimpanan informasi baru atau keterampilan yang akan dipelajari. Tujuan penting di kelas adalah mengembangkan dalam diri pemelajar kekayaan pengetahuan yang disimpan dan strategi efektif untuk memahami dan menguasai informasi dalam ranah yang berbeda-beda.
            Komponen utama dalam pembelajaran dari perspektif pemrosesan informasi adalah memperkaya pengetahuan yang dimiliki pemelajar, mengorganisasikan materi yang akan dipelajari, memfasilitasi perhatian pemelajar, mengkodekan dan mengkonstruksi makna, dan mengajari siswa strategi untuk memperkaya pemahaman mereka atas teks dan presentasi oral.
            Baik itu pengetahuan diskursus maupun pengetahuan ranah siswa merupakan hal penting dalam memahami materi teks dan presentasi guru. Guru dapat memebantu sisiwa dalam mengembangkan pengetahuan struktur teks dengan mengajari mereka untuk mengenali tanda-tanda seperti kalimat pendahuluan, pokok pikiran paragraf, dan kata-kata petunjuk. Bagi siswa dengan pengetahuan latar belakang yang lemah, atau untuk teks yang ditulis dengan buruk, diskusi kelompok kecil dan kelas dapat membantu mengembangkan beberapa hal yang terlewati.
            Yang esensial dalam perencanaan pembelajaran adalah fakta bahwa siswa hanya merespon pada pembelajaran yang dapat dia pahami secara aktif. Karena itu, pembelajaran harus memfokuskan perhatian pemelajar pada tugas-tugas penting dan secara informal menilai persepsi pemelajar. Salah satu pendekatan adalah mengimplementasikan aktivitas pra- pengajaran yang mengaktifkan pengetahuan sebelumnya dan/atau menghubungkan pengetahuan sebelumnya dengan konsep utama. Pendekatan lain adalah menggunakan advance organizer. Ini mencakup konsep inklusif yang berfungsi sebagai penghubung antar simpanan informasi siswa dan belajar baru; mereka berfungsi sebagai kerangka konseptual dan juga memfasilitasi pengkodean. Strategi lainnya adalah mengajari siswa untuk menemukan informasi penting dalam teks dan materi lainnya.
            Metode untuk mengodekan informasi khusus seperti kosakata, tanggal, fakta antara lain adalah tes pendahuluan dan berbagai teknik mnemonic. Contohnya adalah rima, akronim, ucapan, dan petunjuk yang dibuat sendiri oleh pemelajar, seperti metode kata kunci. Dua elemen dalam mnemonic kata kunci adalah hubungan akustik dengan yang akan dipelajari, dan citra hubungan dari akustik yang berinteraksi dengan semantic yang berkaitan dengan kata baru. Strategi berbasis pencitraan juga dapat membantu siswa yang memiliki ketidakmampuan belajar untuk mengingat dan belajar.
            Dua strategi untuk mengkonstruksi makna dalam informasi yang kompleks adalah meringkas dan pertanyaan diri. Salah satu strategi meringkas adalah mengubah suatu topic kedalam satu kalimat yang merefleksikan gagasan utama dan menghubungkan subtopic dan gagasan yang terkait secara bersama-sama. Pertanyaan diri dapat berguna untuk informasi fakta dan tipe informasi lainnya. Dalam menggunakan pertanyaan “mengapa”, tujuannya adalah mengaktifkan pengetahuan sebelumnya dari siswa yang berkaitan dengan fakta baru. Pertanyaan diri untuk menghasilkan makan dalam satu bagian teks harus menggunakan pertanyaan aplikasi di mana pemelajar menciptakan contoh baru, menjelaskan bagaimana konsep utama itu dipakai, dan mengidentifikasi hubungan antar-ide utama. Strategi pengajaran untuk mengembangkan makna dari teks dan presentasi membutuhkan pendemonstrasian manfaat strategi itu, mendeskripsikan dan memberi contoh strategi, dan memberikan latihan dengan bimbingan guru dengan memberi pujian dan tanggapan korektif.


Gredler, Margaret E. (2011). Learning and Instructional: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana.

Kamis, 19 Desember 2013

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF JEAN PEAGET





TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF 

JEAN PEAGET


"Untuk memahami gagasan tentang belajar yang memadai, kita pertama-tama harus menjelaskan bagaimna individu bisa mengkonstruksi dan menciptakan, bukan hanya baimana dia mengulangi dan meniru". (Piaget)



Fokus dari teori Jean Peaget adalah menemukan sal muasal logika alamiah dan transformasinya dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Tujuan ini mengharuskan dilakukannya penelitian atas dasar pemikiran logis pada bayi, jenis penalaran yang dilakukan anak kecil, dan proses penalaran remaja dan dewasa.

Pendekatan Piaget untuk mempelajari perkembangan kecerdasan itu sendiri adalah sebuah inovasi. Dia memulai dengan empat pertanyaan. Yaitu, Apa hakikat atau sifat dari pengetahuan? Apa hubungan antara orang yang mengetahui dan realitas? Bagaimana hakikat kecerdasan? Dan, Apa metode investigasi yang tepat?



Asumsi teori perkembangan kognitif piaget


Pertanyaan
Sumber
Asumsi
Apa hakikat pengetahuan?
Filsafat
Pengetahuan adalah mengetahui, dan ia adalah sebuah proses yang diciptakan melalui aktivitas pemelajar.
Pengetahuan berasal dari pengalaman mentranformasi realitas melalui interaksi dengannya.
Apa relasi antara orang yang mengetahui dan realitas?

a)      Dalam penciptaan pengetahuan, individu dan objek berpadu dan tidak dapat dipisahkan.
b)      “Hubungan antara pemelajar da objek tidak ditentukan sebelumnya dan yang lebih penting adalah relasi itu tidak stabil”
Apa hakekat kecerdasan?
Biologi
Kecerdasan manusia dan organism berfungsi serupa. Keduanya adlah sistem yang terorganisasi yang secara konstan berinteraksi dengan lingkungan. Mereka juga membangun struktur yang mereka butuhkan dalam rangka beradaptasi dengan lingkungan.
Apa metode investigasi yang tepat?
Psikologi
Observasi dan eksperimentasi.



Hakikat kecerdasan

Kecerdasan bukanlah cirri statis yang dapat dikukur secara kuantitatif. Sebaliknya, kecerdasan adalah aktif, dinamis dan senantiasa berubah. Kecerdasan seperti organisme biologis yang adalah sistem tang hidup dan berkembang. Kecerdasan juga merupakan suatu sistem yang secara terus menerus berinteraksi dengan lingkungan, dan mereka membentuk struktur yang mereka butuhkan dalam rangka beradaptasi dengan lingkungan.


Faktor-faktor Esensial dalam Perkembangan Kognitif

            Ada emapt faktor yang diperlukan untuk trasformasi perkembangan dari satu bentuk penalaran ke bentuk yang lain. Faktor itu adalah lingkungan fisik, kematangan, pengaruh sosial, dan proses yang disebut penyeimbang.

            Kontak dengan lingkungan fisik merupakan hal penting karena interaksi antara individu dan dunia adalah sumber ilmu pengetahuan. Dengan demikian, kematangan sistem saraf menjadi penting karena memungkinkan anak merealisasi manfaat maksimum dri pengalaman fisik. Meskipun kematangan merupkan syarat penting untuk perkembangan kognitif, peristiwa perkembangan khusus tidak ditentukan sebelumnya. Perkembangan bergerak dengan cepat berbeda-beda, tergantung pada sifat kontak anak dengan lingkungan dan pada aktivitasnya.

            Lingkungan sosial mencakup peran bahasa dan pendidikan, dan khususnya kontak dengan orang lain. Jika tidak ada interaksi sosial, anak, yang yakin pada keyakinan subjektifnya, kemungkinan tidak akan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mengubah ide yang salah. Penyeimbang terdiri dari seperangkat proses yang menjaga keadaan yang tetap di dalam fungsi intelektual di tengah-tengah transformasi dan perubahan. Penyeimbang mengatur interaksi individu dengan lingkungan dan memungkinkan perkembangan kognitif untuk maju secara koheren dan tertata.




Peringkat Penalaran tentang Kemungkinan dan keniscayaan


Peringkat Pemikiran
Kemungkinan
Keniscayaan
Peringkat I
(pra-operasional)
a)      Pengenalan hanya satu kemungkinan
b)      Pengenalan berikutnya bahwa setidaknya ada satu kemungkinan
1)      Realitas dipahami atau dimanipulasi sehingga tampak seperti nicahaya.
2)      Kekurangan pertimbangan kemungkinan yang kumulatif dieleminasi pada usaha mencoba-coba yang selanjutnya.
Peringkat IIA
(awal operasi konkrit)
Pembentukan kemungkinan lain yang konkret; terbatas pada hal-hal yang dapat dibanyangkan anak.
Beberapa penyisihan sistematis atas kemungkinan yang terbukti salah dalam percobaan sebelumnya; namun anak terkadang melupakan kemungkinan yang sudah disisihkan dalam serangkaian percobaan yang lebih panjang.
Peringkat IIB
Setiap kemungkinan merupakan salah satu dari banyak yang dapat dipahami.

Peringkat III
(operasi hipotetis-deduktif)
Kemungkinan yang tidak terbatas adlah dapat dideduksi.
Penyisihan kemungkinan secara sistematis; pengenanalan bahwa lebih dari serangkaian percobaan adalah mungkin dan pada akhirnya akan menghasilkan solusi yang tepat.



Komponen perkembangan kognitif terdiri dari: (a) struktur psikologis dari pemikiran logis, dan (b) proses fundamental yang terlibat dalam interaksi dengan lingkungan. Individu mencapai pemikiran logisnya dalam ranah tertentu ketika ia dapat secara simultan mengkoordinasi operasi dan kebalikannya, dapat memprediksi sejak awal bentuk-bentk perubahan yang akan terjadi, dan dapat mendukung keputusannya berdasarkan keniscayaan.

Proses fundamental dalam perkembangan pemikiran logis asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. Asimilasi ada;ah integrasi elemen eksternal ke dalam struktur internal pemelajar. Akomodasi mencakup penyesuaian dalam struktur internal pemelajar dan trasformasi kualitatif dalam pemikiran. Ekuilibrasi adalah seperangkat prose yang kompleks dan dinamis yang secara kontinyu mengatur perilaku. Peran utama ekuilibrasi adalah mempertahankan fungsi intelektual selama perkembangan.



Ringaksan Perubahan Kualitatif dalam Proses Penalaran


Tahap
Proses Penalaran
Periode sensori motor
(kelahiran-1 tahun)
Kecerdasan prasimbolik dan preverbal berkaitan dengan pekembangan pola tindakan. Inferensi dimulai ketika bayi mengembangakan relasi antar tindakan. Contohnya adalah mengkonstruksi skema wadah- isi dari skema “memasukkan ke mulut”.
Periode praoperasinal
(2-3 hingga 7-8 tahun)
Permulaan sebagian pemikiran logis (contohnya air yang ditungakan ke wadah lain adalah air yang sama; a=a) namun, penalaran anak dari satu pemikiran ke pemikiran lainnya dan keputusannya didasarkan pada petunjuk perceptual. Anak kecil tidak membeda-bedakan antara realitas, kemungkinan, dan keniscayaan dalam situasi pemecahan masalah.
Periode operasional konkret
(7-8 hingga 12-14 tahun)
Berkembangnya cara berpikir logis berhunungan dengan objek konkret. Anak mulai memahami bahwa operasi tertentu secara simultan dan niscaya mengimplikasikan kebalikannya. Anak mulai mengembangkan beberapa kemungkinan dalam situasi pemecahan masalah dan cara untuk mengesampingkannya secara sistematis.
Periode operasional formal
(di atas 14 tahun)
Kapabilitas untuk secara logis menangani situasi multifactor mulai muncul, individu dapat mendedukasi berbagai kemungkinan dan secara sistematis mengesampingkannya. Penalaran bergerak dari situasi hipotetik ke konkret.



Sumbangan utama karya Piaget ialah bahwa ia mengubah pendangan tentang anak dari pendapat semula bahwa anak adalah orang dewasa kecil ke pandapat bahwa anak memiliki pola pemikiran yang khas dan terus berubah. kontribusi lainnya adalah bahwa dia mengidentifikasi kekurangan pengajaran langsung pada sebagian kurikulum. Menurut pendapat Piaget, kelas sains harus fokus pada eksperimen mandiri dan pelajaran lainnya hrus menggunakan eksperimen jika dimungkinkan. Piaget menjabarkan masalah dan efek pengajaran matematika dan sains. Misalnya sebagai “pengetahuan yang disosialisasikan”. Selain meberi deskripsi yang kaya tentang dunia dari pandangan anak, dia mengoperasionalkan konsep “belajar penemuan”.

          


Selasa, 17 Desember 2013

PENGKONDISIAN BERPENGUAT SKINNER

     

PENGKONDISIAN BERPENGUAT SKINNER 

Asumsi dasar karya Skinner adalah mengenaisifat dari ilmu behavioral dan sifat dari proses belajar. skinner menetapkan beberapa syarat untuk riset behavioral. Pertama, teori dan diskusi keadaan internal tidak boleh menjadi basis untuk riset. Kedua, periset harus melakukan eksperimen dengan subjek individual dan memanipulasi kejadian yang dapat diamati dalam latar yang terkontrol. Ketiga, periset harus mendefenisikan sifat perilaku dan kondisi eksperimental dalam kondisi fisik.  Skinner mengidentifikasi frekuensi respons sebagai ukuran kemungkinan respons masa depa. Dengan kata lain, ketika belajarterjadi, respons meningkat.

Ringkasan Asumsi Dasar dalam Metode Pengkondisian Skinner
Asumsi
Dasar Rasional
1.      Belajar  adalah perubahan perilaku/behavioral.
2.      Perubahan perilaku secara fungsional berkaitan dengan perubahan dalam lingkungan atau kondisi.
3.      Hukum relasi antar perilaku dan lingkungan dapat ditemukan hanya jika sifat behavioral dan kondisi eksperimental  didefenisikan dalam istiah fisik dan dapat diamati di bawah kondisiyang terkontrol.
4.      Data dari studi ekperimental atas perilaku adalah satu-satunya sumber informasi  tentang penyebab perilaku yang dapat diterima.
5.      Perilaku subjek individual adalah sumber data yang tepat.

6.      Dinamika interaksi organisme dengan lingkungan adalah sama untuk semua spesies.

1-4. Agar dapat disebut sains, psikologi harus:    (a) mempelajari kejadian yang dapat diamati dan dapat diukur; (b) dilakukan di dalam kondisi yang terkontrol dengan cermat; (c) menentukan kejadian lingkungan yang merupakan penyebab.










5. Relasi yang tepat hanya dapat diungkapkan melalui riset atas subjek individual.
6. Karena tujuannya adalah untuk mengidentifikasi kejadian yang tampak yang memperkuat atau melemahkan frekuensi respons (perubahan behavioral),maka organism tertentu (hewan atau manusia) bukan faktor utama.

Terdapat empat faktor dalam penguasaan pola perilaku. Faktor tersebut adalah pembentukan, jadwal penguatan, konsep kegunaan negatif, dan perilaku yang diatur peraturan. Pembentukan terdiri dari serangkaian stimuli diskriminatif dan penguatan untuk perubahan respon yang halus. Proses ini mengilustrasikan perkembnag perilaku kompleks melalui penguatan diferensial. Pembentukan adalah penting karena ia menimbulkan perilaku yang hampir mustahil terjadi secara ilmiah dalam bentuk finalnya.
Penguatan untuk respons yang dilakukan adalah penguatan yang diatur oleh kemungkinan. Akan tetapi, tidak semua perilaku didapat melalui eksposure langsung pada konsekueni respons. Sebaliknya, orang sering mengikuti nasihat, instruksi, atau petunjuk (stimuli diskriminatif). Perubahan perilaku terjadi karena mereka diperkuat di masa lalu.perilaku semacam itu, yang disebut perilaku yang diperkuat peraturan, berbeda dengan perilaku yang diatur kemungkinan dalam dua hal. Perilaku lebih efektif dilakukan dalam kondisi diatur kemungkinan dan dilakukannya perilaku itu di masa depan akan lebih dimungkinkan.
Ada tiga asumsi yang menopang pendekatan Skinner untuk teknologi pengajaran. Pertama, analisis eksperimental atas perilaku juga berlaku untuk ruang kelas. Kedua, seperangkat perilaku di kelas mungkin dapat dibentuk dengan cara yang sama seperti perilaku yang lain. Ketiga, teknologi dubutuhkan untuk meberikan lebih banyak penguatan bagi respons behavioral.

Komponen Pembelajaran
            Analisis perilaku oleh Skinner dan karyanya tentang pembelajaranterprogram telah memberikan beberapa lat untuk manajemen ruang kela sdan perancangan pembelajaran. Konsep-konsep yang diperkenalkan Skinner untuk dipertimbangkan dalam perencanaan ruang kelas antara lain:

               

a)      Stimuli diskriminatif  (kejadian spesifik yang akan direspon siswa).
b) Kontingensi penguatan, termasuk mengatur agar siswa megalami kesuksesan, mempertimbangkan karakteristik siswa, dan membedakan antara perilaku yang diatur kontingensi dengan yang diatur pengaturan.
c)   Dinamika ruang kelas, yang mencakup memperkuat aproksimasi suksesif, dan memperkuat perilaku yang tidak kompatibel dengan perilaku yang mengganggu.


Kategori Penguat
Ada tiga klasifikasi penguatan umum. Pertama, adalah penguat primer dan sekunder (yang dikondisikan). Penguat primer adalah penguat yang, dalam kondisi tepat, dapat meingkatkan frekuensi perilaku tanpa pelatihan(pangan, papan, minuman, dan kontak seksual). Penguat sekunder atau dikondisikan akan mendapatkan kekuatan pengutan melalui asosiasi dengan kejadian yang tealh berfungsi sebagai penguat. Kategori kedua, penguat umum, adalah penguat yang berfungsi dalam berbagai macam situasi. Penguat yang digeneralisasikan ini biasanya ada dua: penguat sosial dan manipulasi lingkungan fisik yang sukses.
Kategori ketiga, penguatan positif dan negatif, adalah cara konsekuensi penguatan berfungsi. Dalam penguatan positif, respons memproduksi stimulus baru. Penguatan negatif adalah penarikan atau terminasi stimulus diskriminatif. Istilah lain penguat negatif adalah pengkondisian penghindaran karena perilakuyang memengaruhi penghindaran dari stimuli penolakan akan diperkuat.

Hukuman
            Perilaku dihukum dengan dua cara. Yang satu adalah penghilangan penguat positif. Misalnya, ketika anak berperilaku buruk, orangtua akan menunjukkan ketidaksetujuan atau menarik kembali persetujuannya. Bentuk hukuman yang kedua adalah penguat negatif pada situasi. Misalnya, anak kecil yang coba-coba menyentuh api akan mendapat hukuman tangannya menjadi melepuh. Kelemahan utama dari hukuman adalah hukuman tidak menghasilkan perilaku positif.
Alternatif yang dilakukan jika hukuman tidak ingin diberikan. Pertama, hindari kondisi dimana hukuman menjadi diperlukan. Misalnya, menghukum siswa yang rebut di kelas dapat dihindari dengan mengeliminasi kejadian yang menyebabkan rebut, misalnya dngan menanyakan, “Siapa yang sudah mengerjakan PR”. Kedua, memperkuat perilaku yang tidak sesuai dengan perilaku yang tidak diinginkan. Misalnya, kita menekan perilaku kompetitif ketika kita ingin memperkuat kerja sama.


Gredler, Margaret E. (2011). Learning and Instructional: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana.