love it

love it

Sabtu, 04 Januari 2014

TEORI PERKEMBANGAN KULTURAL-HISTORIS LEV S. VYGOTSKY



TEORI PERKEMBANGAN KULTURAL-HISTORIS
LEV S. VYGOTSKY

“Semua fungsi psikologis yang lebih tinggi (proses kognitif) memiliki karakteristik psikologis umum yang membedakannya dari semua proses mental lainnya. Mereka itu merupakan proses penguasaan reaksi kita sendiri melalui berbagai cara”.

PRINSIP PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS

Tujuan Vygotsky adalah menciptakan psikologi yang secara teoritis dan metodologis sederajat dengan tugas meneliti karakterisik manusia yang unik.

Asumsi Dasar

Ada tiga bidang yang membentuk analisis Vygotsky terhadap perkembangan kapabilitas mental manusia.: (a) hakekat kecerdasan manusia; (b) deret baris perkembangan psikologis manusia yang berbeda, biologis, dan kultural historis; dan (c) desain metode eksperimental untuk investigasi proses psikologis yang dinamis.
            Hakekat kecerdasan manusia menurut Vygotsky mencakup empat topic yang saling berkaitan:
*      Perbedaan antara hewan dan manusia,
*      Landasan filosofis yang membentuk basis teorinya,
*      Konsep perangkat psikologis,
*      Pengaruh sistem symbol (perangkat psikologis)terhadap perkembangan manusia.
Deret perkembangan biologis dan kultura-historis menganalisi perbedaan antara perilku hewan dan manusia menimbulkan identitas dua deret perkembangan psikologis yang berbeda secara kualitatif. Satu deret menyatakan bahwa faktor-faktor biologis adalah bagian dari proses evolusi. Termasuk di dalamnya adalah perkembangan sistem saraf sentral dan pertumbuhan fisik dan kedewasaan. Dalam spesies manusia, faktoe biologis mendominasi bulan-bulan awal masa kehidupan, bertanggungjawab atas persepsi sederhana, memori natural, atau langsung dan atensi evoluntari (involuntary). Kemunculan fungsi mental elementer ini juga disebut sebagai perkembangan alami atau primitif.
      Dalam metode eksperimental-genetik (development) Vygotsky mendeskripsikan proses perkembangan kogtif sebagai proses yang kompleks dan terus berubah, namun para peneliti tidak meneliti proses ini. Sebaliknya, mereka hanya mengimplementasikan satu model—situasi stimulus—respons. Meksi para psikolog telah memepelajari konstelasi stimuli yang berbeda dan beragam reaksi, mereka belum mengambil langkah fundamental untuk melampaui model tersebut.
Model Perkembangan Kognitif

            Lambang-lambang adalah stimuli artifisial yang diperkenalkan ke dalam tugas psikologis yang mengubah hakekat dari aktivitas mental. Eksperiment Vygotskian mengidentifikasi empat tahap dalam belajar yang menggunkan lambang guna menguasai pikiran. Dalam tahap pertama, anak mengandalkan proses mental alamiah, tetapi tidak sukses (tahap lamiah atau primitif). Kemudian, dalam tahap psikologi naïf, anak berusaha menggunakan stimuli bantuan, namun tidak mengetahui peran psikologisnya. Pada tahap ketiga, penggunaan lambang eksternal, anak usia sekolah membuat hubungan verbal antara stimuli bantuan dan objek tugas. Terkahir, pada level perkembangan yang lebih tinggi, individu mengkonstruksi stimuli verbal i9nternal untuk menguasai pikirannya.
            Vygotsky mengidentifikasi dua hokum yang berkaitan dengan penggunaan lambang. Hukum pertama menyatakan arti penting transmisi dari bentuk perilaku langsung atau alamiah ke penggunaan lambang dalam tugas kognitif. Hukum lainnya menekankan restrukturisasi pemikiran yang terjadi dalam transisi pengandalan lambang eksternal (stimuli bantuan) ke pemikiran verbal internal.

PRINSIP PEMBELAJARAN

            Vigotsky mendeskripsikan transformasi dari persepsi sederhana , atensi involunteri dan memori sederhana ke dalam persepsi kategoris, pemikiran konseptual, memori logis, dan atensi yang diatur sendiri. Meskipun dia tidak secara tegas mnyebutkan prinsip pembelajaran, dia mengidentifikasi beberapa persyaratan untuk pembelajaran.
            Pelajaran melunis merupakan salah satu subjek terpenting pada tahun awal-awal sekolah, karena menulis memerlukan tindakan dan analisi sadar. Termasuk di dalamnya adalah penggunaan symbol, mengamati sintaksis yang tepat, mengkonseptualisasikan penerima pesan, dan mengembangkan motivasi untuk menulis.
            Selain menulis, pada tahap formasi selanjutnya penting artinya untuk mengembangkan pengetahuan sadar dan control atas pemikiran. Anak kecil membentuk kumpulan objek tidak teratur dan koneksi antar-onjek yang dibangun oleh anak prasekolah bersifat sembarangan. Namun, dalam tahap keyiga pembentukan konsep, anak usia sekolah secara akurat memilih contoh konsep berdasarkan karakteristik visual. Tahap ini, pembentukan pseudoconcept, mendahului tahap pemikiran konseptual yang sesungguhnya, yang didasarkan pada pembentukan jaringan konsep. Pemikiran konseptual yang sesungguhnya melibatkan konsep secara logis. Tahap pemikiran ini berkembang melalui belajar konsep dalam bidang subjek yang berbeda-beda dan belum lengkap hingga usia remaja.
            Selain itu,guru bekerja sama dengan siswa individual pada masalah tertentu, menjelaskan, menanyakan, mengoreksi, dan meminta penjelsan dari anak. Guru adalah “bentuk ideal” dari perilaku, yang merupakan model dan pedoman dalam perkembangan anak. Terakhir, membantu menyelesaikan tugas dengan mengontrol elemen yang berada di luar kemampuan pemelajar merupakan hal yang tidak konruen dengan pendapat Vygotsky tentang pembelajaran. Berbagi tugas, dalam tulisan-tulisan lisannya, terjadi selama penilaian kapabilitas anak yang baru muncul, bukan dalam pembelajaran selanjutnya.

Tinjauan Teori

            Vygotsky menekankan fungsi mental yang kompleks mengenai persepsi kategoris, memori logis, pemikiran konseptual, dan atensi yang diatur sendiri. Potensi untuk pemgembangan kapabilitas ini ditentukan oleh warisan cultural-historis dari kultur anak dan pengalaman sosial anak.
            Kunci untuk perkembangan mental yang kompleks adalah penguasaan lambang dan simbol kultur sebagai sarana untuk menguasai pemikiran. Penciptaan dan penggunaan lambang arbriter mengubah sifat psikologis dari proses seperti persepsi, memori, dan atensi menjadi bentuk yang lebih kompleks.
            Prinsip dasar perkembangan kognitif yang diidentifikasi oleh Vygotsky mencakup dua cabang perkembangan kognitif cultural, hokum penggunaan lambang, dan hokum umum genetic. Yang esensial dalam perkembangan fungsi mental yang lebih tinggi adalah interaksi dengan orang dewasa yang berpengetahuan untuk mengembangkan baik itu makna simbol kultural maupun berpikir tentang kultur. Yang juga penting dalam proses ini adalah imitasi dan penemuan oleh pemelajar dalam mengaplikasikan tindakan yang dicontohkan selama interaksi orang dewasa-siswa.


Gredler, Margaret E. (2011). Learning and Instructional: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana.
 

`