TEORI KOGNITIF-SOSIAL ALBERT BANDURA
Sejarah
singkat Albert Bandura
Albert Bandura berasal dari Alberta, Kanada. Ia merupakan satu dari 20 murid di
SMA yang hanya memiliki 2 pengajar. Selama musim panas setelah lulus ia
mengambil pekerjaan konstruksi di padang gurun Yukon Territory, meratakan jalan di Alaska. Ini adalah pengalaman hebat
untuk seorang anak muda yang pintar dan berintuisi tajam.
Bandura lulus dari Universitas British Columbia di
Vancouver sebagai sarjana dan memperoleh gelar Ph. D dari Universitas Lowa pada
tahun 1952. Setahun di Wichita, Kansas, Guidance Center, Bandura masuk Stanford University,
dimana dia menghabiskan seluruh karir akademisnya di sana. Di Stanford, Bandura mulai meneliti proses interaktif
dalam psikoterapi; dan juga meneliti pola keluarga yang menimbulkan keagresifan
anak. Seperempat abad terakhir, Bandura memusatkan perhatiannya kepada “proses diri”, yaitu proses berpikir
yang berisi tujuan
personal, evaluasi diri, dan keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri untuk
bertindak (1977, 1997). Bandura telah menerima sejumlah penghargaan ilmiah
terkenal. Pada tahun 1973, beliau terpilih sebagai presiden APA. Pada tahun 1982 dia menerima
Distinguished Scientific Contribution Award untuk keteladanannya sebagai periset, guru, dan teoritikus. Bandura juga terkenal humoris yang sering dihubungkan dengan dirinya sendiri. Dia suka menikmati
makanan enak dan pernah
memimpin satu grup psikolog ke kota New Orlean untuk menelaah kota tersebut sebagai tempat
pertemuan tahunan APA.
Prinsip
Belajar
Teori kognitif-sosial dimulai dengan
kerja klinis Albert Bandura dengan pasien yang fobia ular. Pasien yang fobia
ular membayangkan mereka memegang ular tanpa menimbulkan efek buruk karena
fobia terhadap ular. Observasi terhadap mantan fobia akan ular dianggap terapi
yang lebih efektif dibandingkan dengan memberikan persuasi dan mengobservasi
individu yang tidak fobia ular.
Sejalan dengan perkembangan teori Bandura,
teori ini kemudian mengidentifikasi beberapa faktor sosial dan kognitif dalam
mempengaruhi belajar. Termasuk di dalamnya pengruh media terhadap nilai, sikap,
gaya perilaku individu. Teori kognitif-sosial Bandura berusaha menjelaskan
belajar secara natural. Bukan
berdasarkan praktik laboratorium tapi berdasarkan lingkungan sosial yang banyak
memberikan kesempatan bagi individu untuk mendapatkan keterampilan dan
kemampuan melalui observasi dari lingkungan. Oleh karena itu Bandura memasukkan
tiga faktor yang pertama kali diusulkan oleh Kurt Lewin, seorang psikolog
Jerman, dalam penjelasannya tentang belajar. Faktor tersebut adalah perilaku
(B—behavior), lingkungan (E—environment), dan kejadian internal yang
mempengaruhi persepsi dan aksi (P—person).
Tiga asumsi yang mendukung teori
kognitif-sosial Bandura. Pertama,
proses belajar membutuhkan pemrosesan kognitif dan keterampilan pengambilan
keputusan oleh pembelajar. Kedua,
belajar merupakan keterkaitan antara tiga relasi, yaitu lingkungan faktor personal
dan perilaku. Ketiga, belajar
membuahkan akuisisi kode verbal dan visual dari perilaku yang mungkin atau
tidak mungkin dilakukan di masa depan.
Komponen
Belajar
Model
behavioral
Perilaku yang diamati merupakan
komponen esensial dalam belajar dengan latar naturalistik. Fungsi utama dari
model behavior adalah mentransmisikan informasi kepada pengamat melalui:
1.
Menjadi
petunjuk bagi perilaku yang sama dengan orang lain.
2. Memperkuat
atau melemahkan sikap menahan diri dari pemelajar terhadap pelaksanaan perilaku
tertentu.
3. Menunjukkan
pola perilaku baru.
Karakteristik model yang mempengaruhi
reaksi pengamat terhadap model adalah:
1.
Atribusi
model
2.
Tingkat
ketidakpastian terhadap arah tindakan tertentu
3.
Tingkat
penguatan yang ada di dalam situasi
Konsekuensi
perilaku
Teori kgnitif-sosial
mengidentifikasikan tiga jenis konsekuensi yang mempengaruhi perilaku. Jenis pertama, konsekuensi yang
mewakili, diasosiasikan dengan perilaku yang diamati. Misalnya, guru memuji
anak yang berbagi krayon dengan teman semejanya, dan anak yang melihat situasi
ini merasakan perasaan yang positif. Jenis
kedua, konsekuensi langsung, merupakan hasil langsung yang dimunculkan oleh
perilaku imitative selanjutnya dari si pengamat. Jenis ketiga, merupakan konsekuensi yang diatur sendiri oleh
pengamat untuk perilaku imitatifnya.
Proses
Internal Pemelajar
Proses belajar berperan penting dalam
belajar. Kemampuan belajar untuk mengodekan dan menyimpan pengalaman ke dalam
bentuk simbolik dan untuk merepresentasikan konsekuensi masa depan dalam
pikiran merupakan hal yang penting untuk perolehan dan perubahan perilaku
manusia.
Peran
ketangguhan Diri
Keyakinan dan ketangguhan diri adalah
keyakinan pemelajar tentang kapabilitasnya untuk sukses mengelola situasi yang
mungkin mencakup elemen baru atau yang tidak dapat diprediksi. Keyakinan akan
ketangguhan diri melibatkan penilaian diri dan bukan sebuah tindakan yang
tetap.
Empat macam pengaruh yang memberikan
kontribusi pada keyakinan ketangguhan adalah pengalaman penguasaan, pengalaman pengganti, persuasi sosial, dan
keadaan emosional dan fisiologis. Pengaruhnya mulai dari pengaruh kuat pada
letangguhan untuk pengalaman penguasaan sampai pengaruh lemah pada keadaan
emosional dan fisiologis. Keyakinan ketangguhan memengaruhi fungsi manusia
secara tidak langsung melalui pengaruhnya pada psoses kognitif, afektif,
motivasi, dan seleksi. Orang dengan ketangguhan diri tinggi akan mngkontruksi
skenario yang sukses, menentukan tujuan yang menantang, tetap gigih di tengah
kesulitan, dan mngontrol pikiran yang menggangu. Orang dengan ketangguhan diri
yang rendah akan menghindari situasi yang mereka anggap di luar kemampuan
mereka untuk mengatasinya.
Prinsip
Pembelajaran
Teori pembelajaran belum diturunkan
dari teori kognitif-sosial. Tapi, teori ini telah diimplementasikan secara
sukses dalam akuisi keterampilan motorik maupun kognitif. Dalam teori kognitif-sosial, komponen
esensial dari belajar adalah model kelakuan, penguatan pada model, dan
pemrosesan kognitif pemelajar terhadap pemodelan perilaku. Oleh karena itu,
komponen pembelajarannya adalah: (a) mengidentifikasi model yang patut di
kelas; (b) menentukan nilai fungsional dari perilaku; dan (c) memandu
pemrosesan internal pemelajar, yang mencakup membantu pelajar memahami
ketangguhan dirinya.
Aplikasi
Pendidikan
Teori kognitif-sosial memiliki dua
implikasi utama untuk pendidikan. Pertama,
adalah pemodelan yang merupakan sumber utama informasi bagi pemelajar. Teori
ini mengidentifikasikan situasi di mana anak mendapatkan informasi dari model
di media massa dan dari model keluarga dan yang lainnya. Kedua, pentingnya pemahaman ketangguhan dan keterampilan pengaturan
diri pribadi untuk menjadi pemelajar yang berhasil.
Sumber:
Gredler, Margaret.E. 2011. Learning and
Instruction : Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar