PENGKONDISIAN BERPENGUAT SKINNER
Asumsi
dasar karya Skinner adalah mengenaisifat dari ilmu behavioral dan sifat dari
proses belajar. skinner menetapkan beberapa syarat untuk riset behavioral. Pertama, teori dan diskusi keadaan
internal tidak boleh menjadi basis untuk riset. Kedua, periset harus melakukan eksperimen dengan subjek individual
dan memanipulasi kejadian yang dapat diamati dalam latar yang terkontrol. Ketiga, periset harus mendefenisikan
sifat perilaku dan kondisi eksperimental dalam kondisi fisik. Skinner mengidentifikasi frekuensi respons
sebagai ukuran kemungkinan respons masa depa. Dengan kata lain, ketika
belajarterjadi, respons meningkat.
Ringkasan
Asumsi Dasar dalam Metode Pengkondisian Skinner
Asumsi
|
Dasar
Rasional
|
1.
Belajar adalah perubahan perilaku/behavioral.
2.
Perubahan perilaku secara
fungsional berkaitan dengan perubahan dalam lingkungan atau kondisi.
3.
Hukum relasi antar perilaku dan
lingkungan dapat ditemukan hanya jika sifat behavioral dan kondisi
eksperimental didefenisikan dalam
istiah fisik dan dapat diamati di bawah kondisiyang terkontrol.
4.
Data dari studi ekperimental atas
perilaku adalah satu-satunya sumber informasi
tentang penyebab perilaku yang dapat diterima.
5.
Perilaku subjek individual adalah
sumber data yang tepat.
6. Dinamika
interaksi organisme dengan lingkungan adalah sama untuk semua spesies.
|
1-4.
Agar dapat disebut sains, psikologi harus: (a) mempelajari kejadian yang dapat
diamati dan dapat diukur; (b) dilakukan di dalam kondisi yang terkontrol
dengan cermat; (c) menentukan kejadian lingkungan yang merupakan penyebab.
5.
Relasi yang tepat hanya dapat diungkapkan melalui riset atas subjek
individual.
6.
Karena tujuannya adalah untuk mengidentifikasi kejadian yang tampak yang memperkuat
atau melemahkan frekuensi respons (perubahan behavioral),maka organism tertentu
(hewan atau manusia) bukan faktor utama.
|
Terdapat
empat faktor dalam penguasaan pola perilaku. Faktor tersebut adalah
pembentukan, jadwal penguatan, konsep kegunaan negatif, dan perilaku yang
diatur peraturan. Pembentukan terdiri dari serangkaian stimuli diskriminatif
dan penguatan untuk perubahan respon yang halus. Proses ini mengilustrasikan
perkembnag perilaku kompleks melalui penguatan diferensial. Pembentukan adalah
penting karena ia menimbulkan perilaku yang hampir mustahil terjadi secara
ilmiah dalam bentuk finalnya.
Penguatan
untuk respons yang dilakukan adalah penguatan yang diatur oleh kemungkinan. Akan
tetapi, tidak semua perilaku didapat melalui eksposure langsung pada konsekueni
respons. Sebaliknya, orang sering mengikuti nasihat, instruksi, atau petunjuk
(stimuli diskriminatif). Perubahan perilaku terjadi karena mereka diperkuat di
masa lalu.perilaku semacam itu, yang disebut perilaku yang diperkuat peraturan,
berbeda dengan perilaku yang diatur kemungkinan dalam dua hal. Perilaku lebih
efektif dilakukan dalam kondisi diatur kemungkinan dan dilakukannya perilaku
itu di masa depan akan lebih dimungkinkan.
Ada
tiga asumsi yang menopang pendekatan Skinner untuk teknologi pengajaran. Pertama, analisis eksperimental atas
perilaku juga berlaku untuk ruang kelas. Kedua,
seperangkat perilaku di kelas mungkin dapat dibentuk dengan cara yang sama
seperti perilaku yang lain. Ketiga,
teknologi dubutuhkan untuk meberikan lebih banyak penguatan bagi respons
behavioral.
Komponen Pembelajaran
Analisis perilaku oleh Skinner dan
karyanya tentang pembelajaranterprogram telah memberikan beberapa lat untuk manajemen
ruang kela sdan perancangan pembelajaran. Konsep-konsep yang diperkenalkan
Skinner untuk dipertimbangkan dalam perencanaan ruang kelas antara lain:
a) Stimuli
diskriminatif (kejadian spesifik yang
akan direspon siswa).
b) Kontingensi
penguatan, termasuk mengatur agar siswa megalami kesuksesan, mempertimbangkan
karakteristik siswa, dan membedakan antara perilaku yang diatur kontingensi
dengan yang diatur pengaturan.
c) Dinamika
ruang kelas, yang mencakup memperkuat aproksimasi suksesif, dan memperkuat
perilaku yang tidak kompatibel dengan perilaku yang mengganggu.
Kategori Penguat
Ada
tiga klasifikasi penguatan umum. Pertama,
adalah penguat primer dan sekunder (yang
dikondisikan). Penguat primer adalah penguat yang, dalam kondisi tepat, dapat
meingkatkan frekuensi perilaku tanpa pelatihan(pangan, papan, minuman, dan
kontak seksual). Penguat sekunder atau dikondisikan akan mendapatkan kekuatan
pengutan melalui asosiasi dengan kejadian yang tealh berfungsi sebagai penguat.
Kategori kedua, penguat umum, adalah penguat yang berfungsi dalam berbagai macam
situasi. Penguat yang digeneralisasikan ini biasanya ada dua: penguat sosial
dan manipulasi lingkungan fisik yang sukses.
Kategori
ketiga, penguatan positif dan negatif, adalah cara konsekuensi penguatan
berfungsi. Dalam penguatan positif, respons memproduksi stimulus baru. Penguatan
negatif adalah penarikan atau terminasi stimulus diskriminatif. Istilah lain
penguat negatif adalah pengkondisian penghindaran karena perilakuyang
memengaruhi penghindaran dari stimuli penolakan akan diperkuat.
Hukuman
Perilaku dihukum dengan dua cara. Yang
satu adalah penghilangan penguat positif. Misalnya, ketika anak berperilaku
buruk, orangtua akan menunjukkan ketidaksetujuan atau menarik kembali
persetujuannya. Bentuk hukuman yang kedua adalah penguat negatif pada situasi. Misalnya,
anak kecil yang coba-coba menyentuh api akan mendapat hukuman tangannya menjadi
melepuh. Kelemahan utama dari hukuman adalah hukuman tidak menghasilkan
perilaku positif.
Alternatif
yang dilakukan jika hukuman tidak ingin diberikan. Pertama, hindari kondisi dimana hukuman menjadi diperlukan. Misalnya,
menghukum siswa yang rebut di kelas dapat dihindari dengan mengeliminasi
kejadian yang menyebabkan rebut, misalnya dngan menanyakan, “Siapa yang sudah
mengerjakan PR”. Kedua, memperkuat perilaku
yang tidak sesuai dengan perilaku yang tidak diinginkan. Misalnya, kita menekan
perilaku kompetitif ketika kita ingin memperkuat kerja sama.
Gredler, Margaret E. (2011). Learning and Instructional: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar